Senin, 30 September 2013

KONSEP HOLISTIKER (Caring,Holisme,Humanisme) Transcultural Nursing

BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal atteccment dari bety newman dan sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam praktik keperawatan.
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.
Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang diyakini dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
Leininger mengembangkan dteorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang professional, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk social struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system professional.


B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
  1. Konsep Holistiker ?
  2. Apa yang dimaksud dengan Caring ?
  3. Apa yang dimaksud dengan Holisme ?
  4. Apa yang dimaksud dengan Humanisme ?
  5. Apa itu Transkultural ?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti tentang Konsep Holistiker dalam Ilmu Keperawatan dan menghasilkan tulisan yang indah, enak dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin disampaikan.

D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:
  1. Mahasiswa dapat mengetahui Konsep tentang Holistiker.
  2. Menguasai berbagai macam konsep tentang holistiker dan mempu memanfaatkan konsep tersebut dalam keperawatan.















BAB 2
PEMBAHASAN


HOLISTIC CARE
1.1 Pengertian Holistic Care
Holistic memiliki arti ’menyeluruh’ yang terdiri dari kata holy and healthy. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya, estetika, emosi, dan fisik. Jadi healthy yang dimaksud bukan hanya phisically, tetapi lebih pada aspek sinergitas spiritually.
Pengobatan Holistic adalah, Pengobatan dengan menggunakan Konsep Menyeluruh, yaitu keterpaduan antara Jiwa dan raga, dengan method Alamiah yang ilmiah, serta ilahia yang mana Tubuh manusia merupakan keterpaduan system yang sangat Kompleks, dan saling berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis terganggunya satu fungsi/ elemen / unsure tubuh manusia dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya.

1.2 Sejarah Holistic Care
Sejarah holistik dimulai sebelum istilah holism diperkenalkan oleh Jan Christiaan Smuts dalam bukunya “Holism and Evolution”. Holisme saat ini berkembang dalam istilah holistik, yang mengkombinasikan penyembuhan, seni, dan ilmu hidup. Holistik populer dengan cepat di tahun 70-an. Walaupun istilah holisme diperkenalkan di tahun 1926, penyembuhan holistik sebenarnya sudah ada jauh di jaman kuno kira-kira 5000 tahun yang lalu. Sejarawan belum bisa memastikan dari bangsa manakah pertama kali ia dipraktekkan. Kebanyakan sejarawan percaya bahwa penyembuhan holistik dimulai di India dan atau Cina.

1.3 Perawatan Holistic
Semua bentuk praktik keperawatan yang tujuannya adalah membantu kesembuhan seseorang secara menyeluruh. Perawat melihat pasien sebagai manusia secara total dimana ada keterkaitan antara tubuh, pikiran, emosi, sosial/budaya, spirit, relasi, konteks lingkungan.
Asuhan keperawatan yang didasarkan kepada perawatan pasien secara total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual seseorang. Perawat perlu mempertimbangkan respon pasien terhadap penyakitnya dan mengkaji tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Perawat harus menjadi teman yang mendukung dan memotivasi pasien, mendorong pasien agar pasien memahami arti kehidupan.
v  DIMENSI PERAWATAN HOLISTIK
Dimensi hubungan antara bio- psiko- sosial dan spiritual seseorang. Dimensi pemahaman bahwa seseorang merupakan satu kesatuan secara utuh tanpa bisa dipisahkan.
v  NILAI UTAMA PERAWATAN HOLISTIK
1.      Filosofi dan Pendidikan.
Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu kerangka filosofi dan pengetahuan.

2.      Holistik Etik, Teori Keperawatan dan Riset.
Menekankan bahwa asuhan yang professional didasarkan pada teori, diinformasikan oleh penelitian dan didasarkan oleh prinsip etik sebagai petunjuk praktik yang kompeten.

3.      Holistik Nurse Save Care.
Keyakinan bahwa perawat harus terlibat dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga perawat dapat melayani orang lain sebagai suatu alat sebagai proses penyembuhan seseorang.

4.      Holistic Communication, Therapeutic Environment and Cultural Competency.
Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan penkajian dan asuhan terapeutik yang mengacu pada pola, masalah dan kebutuhan klien dan suatu lingkungan yang mendukung proses penyembuhan pasien.

1.4 Macam-Macam Cabang Penyembuhan Holistik.
§  Holistik Tradisional
Suatu teknik penyembuhan yang memanfaatkan alam dengan prinsip holisme, berawal sejak ribuan tahun lalu. Biasa disebut sebagai penyembuhan/pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional. Yang termasuk holistik tradisional adalah akupuntur, akupresur, herbal, ayurveda, uropathy, pranic healing, apitherapy, dan lain-lain. Gelar para praktisinya bermacam-macam. Ada yang disebut sebagai tabib, sin-se, dukun, dan lain-lain.
§  Holistik Modern.
Suatu teknik penyembuhan yang menggabungkan penyembuhan tradisional/kuno dengan teknologi dan sains modern yang memanfaatkan alam dengan prinsip holisme. Holistic modern berawal sekitar 200 tahun yang lalu dengan adanya homeopathy. Yang termasuk holistik modern adalah homeopathy, osteopathy, ananopathy, psikologi hipnotis, naturopathy modern, dan sebagainya. Gelar para praktisinya bermacam-macam sesuai dengan aliran/disiplin ilmunya. Untuk homeopathy, praktisinya disebut sebagai homeopath. Osteopathy, praktisinya disebut sebagai osteopath atau DO (Doctor of Osteopathy) di belakang nama. Naturopathy, praktisinya disebut sebagai naturopathy atau DN (Doctor of Naturopathy) di belakang nama. Saya pribadi dari aliran/disiplin ilmu ananopathy, praktisinya disebut sebagai ananopath (syukur bukan psikopat) atau Dt (Danton) di awal nama.
Ananopathy adalah gabungan teknik pengobatan alternatif tradisional/kuno dengan teknologi dan sains modern, dimana tujuannya adalah menyembuhkan, bukan sekedar merawat.
Pengobatan Ananopathy fokus pada akar penyakit, bukan pada gejala; merawat manusia secara keseluruhan (whole), bukan pada apa yang tampak saja. Tehnik yang digunakan adalah dengan menggunakan Hukum Alam, Hukum Sebab-Akibat, perbaikan pola makan dan gaya hidup, penggunaan bahan-bahan alami, yang diterapkan dengan basis alam dan sains modern.Praktisi Ananopathy disebut sebagai ananopath, sedangkan gelar master atau pemimpin Ananopath adalah Danton.

Ananopathy dari segi aplikasinya bersifat 3, yaitu:
a.       Sederhana. Begitu sederhana karena tidak memerlukan obat-obatan kimia dan operasi.
b.      Cerdik. Mengajarkan Anda untuk berpikir dan bertindak cerdik, bukannya pandai.
c.       Bijaksana. Menekankan pemikiran bijak yang melihat faktor moralitas dan keselarasan.

Dari segi pemikiran, prinsip dasar Ananopathy juga ada tiga yaitu:
a.       Tuhan. Selalu melihat permasalahan dari sudut pandang Ketuhanan.
b.       Hukum Alam. Berpedoman pada Hukum Alam.
c.        Kasih. Mendasari pemikiran dan prakteknya atas dasar kasih.
1.5 Teknik Pengobatan atau  Penerapan Holistik Care
Pengobatan  Holistic adalah, Pengobatan dengan menggunakan Konsep Menyeluruh, yaitu keterpaduan antara Jiwa dan raga, dengan method Alamiah yang ilmiah, serta ilahiah yang mana Tubuh manusia merupakan keterpaduan system yang sangat Kompleks, dan saling berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis terganggunya satu  fungsi/ elemen / unsure tubuh manusia dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya.
Pengobatan Holistic terpadu, memiliki perbedaan konsep yang sangat nyata dengan Konsep Kedokteran (Konvensional), Konsep Konvensional lebih lebih menekankan kepada tindakan seperti pemberian obat-obat kimiawi, dan tindakan rekayasa fisik dengan pembedahan/ operasi, dll, sementara pengobatan holistic lebih menekankan membangkitkan system imun pasien, dan memperbaiki secara menyeluruh dari factor pencetus penyakit (akar permasalahan penyakit), sehingga definisi kesembuhan cenderung Permanen (tidak kambuh lagi), sedangkan yang konnvensional pada umumnya bersifat tindakan sementara (kambuhan) sehinnga sampai ada istilah Pasien Langgangan Dokter.

1.6 Methode Pengobatan Holistic yang Dikembangkan
Methode Pengobatan Holistic yang Dikembangkan dengan Terapi Berikut :
1.      Pengaturan Pola hidup dan Pola makan dengan gizi dan kebutuhan  berimbang
2.      Rileksasi, dengan konsep Meditasi Penyembuhan
3.      . Stimulasi Otak dengan tehnik perangsangan alamiah
4.       Silaturahmi Doktrin
5.      Pancaran Bio energy (Pranaisasi)
6.      Stimulan promotor dengan Nutrisi Herbal
7.      Terapi Doa, dengan kepasrahan mencapai God Spot.
8.      Hydroteraphy dan stimulant alam sebagai pelengkap dan penyeimbang.

1.7 Motto Klinik Holistik Care
C : Caring
Ü  Kami senantiasa mempertahankan pelayanan kesehatan bernuansa caring.

A : Accessible
Ü  Kami memberikan pelayanan yang terjangkau oleh semua lapisan     masyarakat.
R : Research bassed
Ü  Kami mengintegrasikan pembuktianklinis dengan keahlian kami dan pilihan klien dalam membuat keputusan kesehata yang tepat bagi dirinya.
E :     Empowerment
Ü  Kami memberikan informasi yang tepat bagi pasien agar mampu memberdayakan dirinya sendiri dalam membuat keputusan yang tepat bagi kesehatannya.






CARING
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .

Caring
Ü  Secara umum dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain (sense of dedication to another person), pengawasan dengan waspada (watchful supervision), perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi (feeling exhibiting concern and empathy for others and a loving feeling).
Ü  Secara teoritis dapat diartikan
Tindakan yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien (Florence Nightingale, 1860).
Definisi Caring menurut Ahli :
A.     Florence nightingale (1860):
Caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan lingkungan klien dlm membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi yg baik & tenang kpd klien.
B.     Delores gaut (1984)
Caring tdk mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada 3 makna dimana ketiganya tdk dpt dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
C.     Crips dan Taylor (2001) :
Caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana SSO berpikir, merasakan, & berperilaku dlm hubungannya dengan orang lain.
D.     Rubenfild (1999) :
Caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
E.      Jean watson (1985) :
Caring merupakan komitmen moral utk melindungi, mempertahankan, & me↑ martabat manusia.
Dari beberapa pengertian2 tsb, dpt disimpulkan bahwa pengertian caring adalah;
Suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan empati & kasih sayang kpd orang lain, dilakukan dgn cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dgn tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.
Watson (1988) dan George (1990) mendefenisikan caring lebih dari sebuah Exisestensial Philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spritualnya meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri dan intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat - klien, dimana perawat membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.
“Theory of Human Caring” (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan Human Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). 
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual, karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit serta penyembuhan kesehatan.
Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai - nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan membantu klien.
Paradigma Keperawatan Menurut Watson
a.       Keperawatan
Adalah penerapan art dan human science melalui transaksi transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan self knowlegde, self control, selfcare dan self healing.
b.      Klien
Adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan pikiran, jiwa dan raga, membutuhkan bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang kondisi sehat - sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self control, pilihan serta selfdetermination.
c.       Kesehatan
Adalah kesatuan dan keharmonisan di dalam pikiran, jiwa dan raga antara diri dengan orang lain serta antara diri dengan lingkungan.
d.      Lingkungan
Asumsi Dasar Science of Caring
Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Ada 7 asumsi tentang Science of Caring antara lain :
  1. Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktikkan dengan efektif hanya secara interpersonal.
  2. Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan manusia tertentu.
  3.  Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu serta keluarga.
  4. Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga menerima akan jadi apa dia dikemudian.
  5. Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari potensi yangada dan disaat bersamaan membiarkan seseorang untuk memilih tindakan terbaik bagi dirinya saat itu.
  6. Caring lebih healthogenic daripada curing.
  7. Praktik caring merupakan sentral bagi keperawatan.
Proses Keperawatan dalam Teori Caring
Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah - langkah sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik. Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai berikut (tulisan yang dimiringkan menandakan proses riset yang terdapat dalam proses keperawatan):



a.       Pengkajian
Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh perawat yaitu :
1)      Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi dan oksigenisasi.
2)      Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi, meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman dan seksualitas.
3)      Higher order needs (psychosocial needs) yaitu kebutuhan integritas yang meliputi kebutuhan akan penghargaan dan berafiliasi.
4)     Higher order needs (intrapersonali needs) yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri
b.      Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable -variabel akan diteliti atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah mengacu pada ASKEP serta meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa serta bagaimana data akan dikumpulkan.
c.       Implementasi
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta meliputi pengumpulan data.
d.      Evaluasi
Merupakan metode dan proses untuk menganalisa data juga untuk meneliti efek dari intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan.
Jadi, teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008).
Karakteristik Caring
Menurut Wolf dan Barnum (1998) :
v  Mendengar dengan perhatian.
v  Memberi rasa nyaman.
v  Berkata jujur.
v  Memiliki kesabaran.
v  Bertanggung jawab. 
v  Memberi informasi. 
v  Memberi sentuhan. 
v  Memajukan sensitifitas. 
v  Menunjukan rasa hormat pada klien. 
v  Memanggil klien dengan namanya.
Menurut Meyer (1971) komponen utama caring adalah :
z  Pengetahuan.
z  Kesabaran.
z  Kejujuran.
z  Kepercayaan. 
z  Kerendahan Hati. 
z  Harapan. 
z  Keberanian.

Menurut Gibson (1987), secara teoritik ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya :
  1. Variabel individu meliputi, kemampuan, ketrampilan, latar belakang dan demografi
  2. Variabel psikologis meliputi, persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.
  3.  Variabel organisasi meliputi, kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan desain pekerjaan.
Leininger (1991) mengemukakan teori Culture Care Diversity and Universality, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain :
  1. Kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan dan bertindak dalam pola - pola tertentu.
  2. Keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup atau simbol care antara sekelompok orang yang berhubungan, mendukung atau perbedaan dalam mengekspresikan human care.
  3. Cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran,pertukaran nilai, kepercayaan, pola hidup yang mendukung, memfasilitasi individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan.
  4. Dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan atau agama, aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor - faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
  5. Care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya.
  6. Care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing, mendukung dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian.
  7. Caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi, mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan atau kecacatan atau dalam bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
HOLISME
Holistik adalah memandang manusia secara seutuhnya secara psikologis dan spiritual.
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi dibagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Hukum inilah yang semestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya setiap komponen.
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
1)      Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi dan koherensi (unity, integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti patologik.
2)      Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiapbagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat dalam bagian-bagian.
3)      Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakniaktualisasi diri (self actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasikan potensi inheren yang dimilikinya pada ranah maupun terbuka baginya.
4)      Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
5)       Penelitian komprehensif terhadap satu orang lebihberguna daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.




HUMANISME
A)  Pengertian Humanisme
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal - hal yang positif. Kemampuan positif ini disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

  1. Teori maslow
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori Humanisme
Ahli - ahli teori humanistik menunjukkan bahwa tingkah laku  individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya serta individu bukanlah satu - satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self - actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal yaitu:
  1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
  2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki.. Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan.
Adapun hirarki kebutuhan tersebut sebagai berikut:
a.       Kebutuhan fisiologis atau dasar, seperti, makan, minum, menghirup udara dan sebagainya.
b.      Kebutuhan akan rasa aman, seperti keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut.
c.       Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. 
d.      Kebutuhan untuk dihargai terdapat dua jenis, yaitu lower one (status, atensi, reputasi) dan higher one(kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian,kebebasan). 
e.       Kebutuhan untuk aktualisasi diri, menunjukkan karya kita pada orang lain. Berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan - kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.
f.       Spiritual

  1. Teori Pembelajaran Humanistik
Dalam artikel “What is Humanistik Education?”. Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan, bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan - pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel “Some Educational Implications of the Humanistic Psychologist”, Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan Behavioristik. Menurutnya yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan atau sakit seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud.
Melihat hal - hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi, emosi adalah karakterisitik sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu  potensi terbesar manusia..
Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Prinsip - Prinsip Belajar Humanistik :
a.       Manusia mempunyai belajar alami.
b.       Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.      Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.       Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.       Belajar yang bermakna  diperolaeh jika siswa melakukannya.
g.        Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h.      Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.        Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.        Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

  1. Rogers (Person Centered Theory)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non – directive, klien (client-centered), murid (student-centered), kelompok (group centered) dan (person to person). Namun, istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi Dasar Teori Rogers
  1. Kecenderungan formatif, segala hal di dunia baik organik maupun non - organik tersusun dari hal - hal yang lebih kecil.
  2. Kecenderungan aktualisasi, kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya yaitu :


a.      Organisme
1)      Mahkluk Hidup
Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri sertadunia eksternal.
2)      Realitas Subyektif
Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
3)      Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan sertamengembangkan diri.
b.      Medan Fenomena
Adalah keseluruhan pengalaman baik yang internal atau eksternal dan disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
c.       Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan -potongan pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya  begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga, kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh akan kesadaran dan ketidaksadaran psikis serta kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem antara lain :
1        Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
2        Diri ideal yaitu cita - cita seseorang akan diri.



Menurut Carl Rogers Hal - Hal yang Mempengaruhi self Yaitu :
a.      Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran.
1.      Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
2.      Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
3.      Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
b.      Kebutuhan
1.      Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara dan keamanan, sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis serta menolak untuk berkembang.
2.      Peningkatan Diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah.
3.       Penghargaan Positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai atau diterima oleh orang lain.
4.      Penghargaan diri yang positif (positive self -regard)
Berkembangannya kebutuhan self – regardsebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self -regard.
c.       Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
1)      Ada ketidakseimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
2)      Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain, namun juga untuk dirinya.
3)      Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.

Dinamika Kepribadian
a.       Penerimaan Positif (Positive Regard)
Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif  kepada orang lain.
b.      Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence)
Organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
c.       Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Freud memandang organisme sebagai sistem energi dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer serta disimpan. Rogersmemandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orang mendorongnya untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom dan secara keseluruhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person).
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya yaitu:
  1. Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.
  1. Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran dan spontan.
  1. Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.
  1. Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom)
Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri tanpa perasan tertekan atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.
  1.  Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Terapi yang Diberikan
Seperti disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan behavioris dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda. Rogers tidak mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun lebih menekankan bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai Person -Centered Theory.
  1. Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu adalah positif serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
  2.  Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
  3.  Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
  4. Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (a) pemeliharaan, (b) peningkatan diri, (c) penghargaan positif (positive regard) dan (d) Penghargaan diri yang positif (positive self - regard).
  5. Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan distorsi danpenyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik.
  6.  Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.






TRANSCULTURAL NURSING

1       Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui.
Culture berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
v  Kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
v   Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.
Dan kebudayaan berarti :
v  Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat.
v  Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya
Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai :
v  Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
v  Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial
v  Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) (menurut Leininger ( 1991 ).
2       Konsep Transkultural
Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach )

2.1 Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda .
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
3       Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah :

3.1 Budaya Jawa 
Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin . Bahkan , semua itu berakar pada batin . Jika “ batin karep ragu nututi “ , artinya batin berkehendak , raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti “ waras “ . Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari – hari , misalnya bekerja di ladang , sawah , selalu gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat .
Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing – masing
  1.  Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
  2. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
  3.  Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “ digawa uwong “..
  4. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
  5. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Berdasarkan hari dimulainya sakit juga dapat ditentukan tentang jenis – jenis penyakit sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna , yang dibuat sebagai berikut :

Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah –buahan yang bersifat alami adalah :
Ø  Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
Ø  Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.
Ø  Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.
Ø  Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
Ø  Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan penambah nafsu makan.
Ø  Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan ) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang terkena cacar.
Ø  Daun sirih untuk membersihkan vagina.
Ø  Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
Ø  Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.
Ø  Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
Ø  Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
Ø  Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.
Ø  Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua.
3.2Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja , tetapi juga bersifat sosial budaya . Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah muriang untuk demam , nyerisirah untuk sakit kepala , yohgoy untuk batuk dan salesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan , kecuali batuk juga karena kuman . Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di desa tersebut , sebagian kecil menggunakan obat tradisional . Pengobatan sendiri sifatnya sementara , yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.

3.3 Budaya Batak
Arti “ sakit “ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring , dan penyembuhannya melalui cara – cara tradisional , atau ada juga yang membawa orang yang sakit tersebut kepada dukun atau “ orang pintar “. Dalam kehidupan sehari – hari orang batak , segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural , yaitu :
  • Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
  •  Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut sakit.
    Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
  • Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
    Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya , tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak bisa menjadi sakit.
  • Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.

3.4 Budaya Flores
Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka . Dami dikenal sebagai penyembuh alternative unik.
Damianus wera bukan dokter , buta huruf , tak makan sekolah , tapi buka praktik layaknya dokter professional . Dia melakukan operasi hanya menggunakan pisau.

Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang dikeluhkan para pasien . Pertama , jenis penyakit nonmedis atau santet / guna – guna . Biasanya tubuh korban dirusak dengan paku , silet , lidi , kawat , beling , jarum , benang kusut. Kedua , penyakit medis seperti jantung koroner , batu ginjal , tumor , kanker , dll.Dami mengangkat penyakit ini dengan operasi dan juga sedot darah melalui selang . Ketiga , sakit psikologis misalnya : banyak utang , stress , sulit hamil , dll. Dami mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya ada di pikiran yang sehat . Sebaliknya , pikiran yang ruwet , penuh beban dan tekanan , justru memicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia.