Selasa, 29 November 2011

7 Alasan Mengapa Bangun Pagi Baik untuk Kesehatan


Anda pernah mendengar slogan "Early to bed, early to rise, makes a man healthy, wealthy, and wise"? Slogan ini sungguh tepat, karena ketika Anda tidur lebih cepat dan bangun lebih awal, Anda mendapat cukup waktu istirahat dan bangun dalam kondisi yang segar-bugar. Dengan kondisi ini, Anda bisa lebih meningkatkan produktivitas hidup Anda sepanjang hari.

Maka, untuk Anda yang masih belum bisa mendapatkan quality time akibat selalu begadang dan bangun kesiangan, coba pertimbangkan untuk lebih mengatur waktu. Bangun pagi itu menyenangkan, lho, karena Anda bisa mendapatkan waktu ekstra untuk melakukan hal-hal yang ingin Anda lakukan.

1. Mengasah pikiran dan hati
Pagi hari merupakan waktu yang baik untuk pengembangan diri. Misalnya, untuk membaca buku Your Job Is Not Your Career-nya Rene Suhardono yang tak juga habis dibaca itu. Baca buku ini pada pagi hari. Suasana yang masih tenang akan menjadi anugerah yang bisa Anda gunakan untuk mengembangkan diri Anda, secara profesional, emosional, fisik, mental, dan spiritual. pagi hari adalah waktu untuk mengasah pikiran dan hati.

2. Berolahraga
Tidur lebih awal, membuat Anda mampu bangun pagi dengan bugar. Waktu yang masih ada bisa Anda gunakan untuk berolahraga, entah di rumah atau di gym dekat kantor.

3. Membereskan hal-hal kecil
Bereskan hal-hal kecil yang harus Anda lakukan lebih dulu untuk menyelesaikan tugas yang lebih besar pada hari itu. Misalnya, balas dulu email-email yang belum dibuka di inbox, supaya rongrongan email dari klien atau departemen lain di kantor tidak menyita perhatian Anda.

4. Meningkatkan produktivitas
Jika Anda mengawali hari lebih awal, Anda akan membuat hari terasa lebih panjang. Dengan demikian, Anda bisa melakukan lebih banyak dalam satu hari daripada biasanya. Jika pekerjaan Anda menumpuk untuk esok hari, tidurlah lebih awal, bangun lebih pagi, maka Anda bisa menyelesaikan tugas dengan lebih cepat.

5. Menggunakan waktu untuk berpikir
Pakar keuangan James Citrin pernah mengatakan, "Heningnya pagi seringkali terjadi ketika pikiran kita sedang jernih, dan memungkinkan untuk memecahkan persoalan penting." Artikelnya, Tapping the Power of Your Morning Routine, akan memberikan wawasan pada Anda betapa berharganya waktu pagi. Dalam artikel tersebut Jim juga melaporkan bahwa 80 persen pejabat perusahaan yang diwawancaranya bangun pukul 05.30 atau lebih pagi.

6. Melakukan meditasi
Meditasi menyebabkan keseimbangan emosional dan kesejahteraan diri. Jika Anda mengawali hari dengan bermeditasi, Anda akan membawa keseimbangan dalam hidup Anda sepanjang hari, dan memperbaiki kualitas hidup Anda. Pagi menjadi waktu yang lebih baik untuk meditasi karena pikiran Anda masih segar, rileks, dan otak masih tajam.

7. Mengalahkan kemacetan
Warga Jakarta atau kota besar lain di Indonesia tentu tahu, jika Anda harus menempuh waktu puluhan kilometer menuju kantor setiap hari, Anda akan menghemat waktu jika berangkat ke kantor lebih awal. Dengan tiba di kantor lebih awal Anda bisa menggunakan waktu yang masih ada untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai, entah itu membaca, olahraga, menelepon orangtua di kampung, merencanakan kegiatan dalam sehari, dan lain sebagainya. Daripada menggunakan waktu ini untuk mengarungi kemacetan, lebih baik memanfaatkannya untuk "me time" kecil-kecilan kan?


Minggu, 20 November 2011

Zhang Da Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri Cina


Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.
Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.
Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,
“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah?
Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.”
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
“Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!”
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.

Selasa, 15 November 2011

Attractions in Bukittinggi




Clock Tower



Clock Tower is a clock tower which is a landmark and the town of Bukittinggi in WestSumatra province of Indonesia. The symbol is also typical of West Sumatra has a uniquestory and because of his age that is tens of years.

Clock Tower was built in 1926 by architect Yazid Sutan Gigi Ameh. Laying the first stoneclock is done Rook Maker's first son who was then 6 years old. This clock was a gift from the Queen of the Netherlands to Controleur
(City Secretary). In the Dutch colonial period, this clock is round and on it stands a statue of a rooster, whereas during the Japanese occupation, shaped pagoda. At the time of independence, its shape changed again into ornaments traditional Minangkabau house.
Diameter size of this clock is 80 cm, with a ground-plan 13x4 meters while 26 meters high.Construction of the Clock Tower which is said to spend a total cost of construction of thisGulden 3000, eventually became landmarks or symbols from the town of Bukittinggi. There is a uniqueness of Roman numerals on the Clock Tower this. When writing Roman lettersare usually in number six is ​​VI, VII and the number seven is the number eight is VIII, the Clock Tower is to write the number four with the symbol IIII (usually IV).

HOLE IN JAPAN
When visiting a high hill, do not complete it if you do not try to trace the Japanese heritage of this cave. Holes (holes) is a Japanese bunker relic Japanese occupied the archipelago.Cave of the Japanese defense base during World War II and the Greater East Asia War (1942). The hole is located on a hill japan sihanok high hill.

Japan's high-aperture Hill has 3 main door (street canyon Sihanok, Panorama and park complex in addition to the palace Bung Hatta) and 6 emergency exits. Yet today, only at the park entrance panorama that is used as the entrance of visitors, while other doors closed. This artificial cave has a length of about 1.5 kilometers, but now many are closed for security reasons so stay 750 meters.

The atmosphere in the pit japan was cool. With neon lighting at some point bring up the atmosphere of mysticism in it. Perhaps according to the guide hole (hole / cave) Japan, there is one room that also functions as a prisoner torture chamber. One of the cruelty of Japanese soldiers are killing of prisoners by means chopped. Does not stop there, the body which had been cut into pieces were then doused with hot water and salt to make sure the body was already lifeless. Mystical aura is then invite one of the national private stations to use the area of ​​the detention room in the cave this high hill japan to test acaea guts.

Despite it all, ditch the Japanese have some rooms used as an ammunition room, meeting room, holding room, bedroom, living for workers romusha evoke wonder at the past in the manufacturing process. Goa has a high japanese 3 m, a width of 2 meters is undergoing renovation in the form of hardening of the high hill by the city government.


So, when you travel to a high hill, this attraction should not be overlooked. The location is in the middle of the city provides easy access for tourists. Son down stairs as the entrance to the cave entrance was exhausting japan (128 stairs). But everything will be paid off with what is presented in it. Advancement of architecture, a cool atmosphere until mystical aura will pay the full energy has been wasted. On the plus again with panoramic garden and canyon sihanok the terpamapang fascinating. It was an experience of a tour that you'll never forget.

Fortress Fort de Kock




Fort de Kock is Dutch heritage that was standing in the city of Bukittinggi,
West Sumatra, Indonesia. Fort de Kock is also the old name of Bukittinggi.
The fort was built during the War of Padri in 1825 by
Captain Bauer at the Mount Jirek and originally named Sterrenschans.
Later, its name was changed to Fort de Kock, according to Hendrik Merkus de Kock,
Dutch military figures.
In later years, around this fort grew a town which is also named
Fort de Kock, now Bukittinggi.
Until now, Fort de Kock is still there as the green-white-painted building
as high as 20 m. Fortress Fort de Kock is equipped with a small cannon in the four corners.
The area around the castle has been restored by the local government into a park
with lots of shady trees and children's toys.
The fort is located in the same location with Bukittinggi Zoo
Baanjuang Traditional House and Museum. The area is located on a hill fort left
while the entrance area of ​​the zoo and museum house shaped sieve
is located on the hill to the right. Both are connected by the Bridge
Limpapeh beneath which is a highway in the town of Bukit Tinggi.
This area is located only 1 km from the center of Bukittinggi in the Clock Tower,
precisely in the canal road 
Tuanku nan Renceh.

Janjang Saribu



Janjang 1000 was a tourist attraction that is still natural, sinuous trace the crevices of the cliffs.Janjang 1000 was used by local people to take drinking water to the valley canyon Sianok, in addition to exercise on foot with a background that Merapi volcano and Singgalang angunand fascinating. At this resort is a place of rest (coupling) WC, fishing pond, camping sitesand parking area. Besides, we have witnessed the behavior of wild animals like monkeyson the loose while playing and jumping from branch to branch and the birds sing sing to entertain the visitors.

Tri Arga State Building



Known as Tri Arga State Building, located at the center of Bukittinggi park exactly in front of the Clock Tower. In the Japanese colonial era building was used as the residence of Chief of Defence of Japan (Seiko Seikikan Kakka) and in the days of physical revolution in 1946 became the Vice President First Drs. Mohammad Hatta. Now the building was used as a place of seminars, workshops and meetings at national and regional representative as well as a state guest house where visiting Bukittinggi. Characterized the colonial architecture of this building, with spacious rooms totaling 8 pieces but now plus 12 pieces.


Bridge Limpapeh



As a liaison between the Parks Wildlife and Cultural Kinantan with Fort Fort De Kock then there is a bridge called the Bridge Limpapeh built with architectural concrete construction with a roof shaped gonjong typical traditional Minangkabau house. This bridge stands on Jalan A. Yani and from here we can see the natural beauty and hustle Road Bukittinggi A.Yani. connecting Wildlife Parks and Culture Kinantan Bukittinggi with Fort de Kock. This stretch of Limpapeh bridge has a length of 90 meters and 3.8 meters wide.
Panorama Park
Panorama Park recently completed revitalized located on Jl. Panorama is within 1 km from the center of Bukittinggi. From the garden we enjoy the beautiful scenery and fascinating, especially towards the Gorges valley with a backdrop of Mount Sianok Singgalang. At this location there are souvenir stalls Minangkabau, food and drink stalls, permanent seating, parking and other facilities.


Wildlife Parks and Culture Kinantan



Wildlife Parks and Cultural Kinantan or better known as the Zoo. This tourist attraction was built in 1900 by a Dutch named Controleur Strom Van Govent the Dutch. Then in 1929 the zoo made by Dr. J. Hock and is the only zoo in West Sumatra, and is the oldest zoo in Indonesia. In the middle of tourist sites have shaped the Cultural Museum of Minangkabau traditional house, the Museum of Zoology and children's playground.

New Panorama Park



Located in the Village District Puhun Door Kabun Mandiangin Salayan Koto. New Panorama This is an area which has beautiful views toward the canyon Sianok with hilly terrain and luas.Dilokasi area that we can enjoy the panoramic beauty of nature Sianok canyon. There are various tourist facilities include permanent seats and coupling. Besides these attractions can be used as camping, hiking and viewing various art events. On Sunday morning, this place is crowded because of the clean air while running around in the morning for physical fitness.


Monument Park Bung Hatta




This park is located in the center of Bukittinggi besides Bung Hatta Palace, built to commemorate a century of Bung Hatta was born August 12, 2002 and was initiated by H.Amin Aminuzal Dt. Radjo HB, Drs. H. Yanuar Sjaff Maarifat, Drs. H. Djufri, Drs. H.Generous Sjahrial, H. Abdul Hadi, Dr. Hj. Jemfy Naswil, In H.Firman Rahysid Word of the entire Alumni SMA and Bukittinggi 1958 s / d 2000.



Bring Sainstific Museum of Natural History Land




The hole in the Japanese would be made a museum called the Museum of Natural History Saintific Underground. In this museum will put objects relating to the history of the earth that is among other fossils, rocks, minerals, etc.. These objects are obtained, among others, thanks to cooperation with Germany, the Netherlands, Australia, the United States and for domestic work with Bandung Institute of Technology and University of Padjadjaran.

Tri Dharma Eka Power Museum



Panorama Park In front there is a museum called the Museum of Power Tri Eka Dharma.This museum is one means of communication between generations to pass on the values ​​of the fighting 45. In this museum we can see historical relics such as aircraft, weapons, means of communication as well as photographs during the struggle against colonial Dutch and Japanese and others.

The birth house of Bung Hatta



One cultural attraction is the House of Birth Bung Hatta, this house is the birthplace of Mohammad Hatta, or more familiarly called Bung Hatta who is a national and international figure, a fighter and proclaimer of independence Indonesia. The house is located on Jalan Soekarno Hatta is an alternative tourist attraction when visiting Bukittinggi. And in it there are also photographs of Bung Hatta and family memories.

Bung Hatta Library



Bukittinggi City Government has also built a comprehensive library, located at Bukit Curried Bancah exactly in the western part of the Office of City Hall. The national standard library is named Bung Hatta Library and equipped with audio visual facilities, conference rooms, auditoriums and mushalla. Meeting Room on the 3rd floor that is also rented out for various events such as weddings, etc.. Built on a land area of ​​5609 m² of this library is a twin brother with the national library in Blitar.